'Self-Sabotage' Terbesar Dalam Sejarah Sepakbola! Nagelsmann Terbahak, Bayern Munich-nya Tuchel Berjalan Dari Cahaya Menuju Kegelapan!

Thomas Tuchel Julian Nagelsmann Bayern split
Getty/GOAL
Fakta mengatakan bahwa keadaan Bayern justru semakin jeblok di tangan Tuchel ketimbang saat bersama Nagelsmann.

Self-sabotage atau sabotase diri terbesar dalam sejarah sepakbola modern. Begitu berbagai pihak menilai keadaan Bayern Munich saat ini setelah mereka memecat Julian Nagelsmann untuk mempekerjakan Thomas Tuchel di tengah musim.

Yang menarik, sebetulnya tak ada yang perlu dibenahi secara signifikan dari 'kapal The Bavaria' yang dinahkodai Nagelsmann karena segala sesuatunya masih on track. Namun, entah apa yang ada di kepala manajemen Bayern hingga mengambil keputusan yang dianggap tak populer dengan memecat Naglesmann yang terbilang tak bermasalah, untuk digantikan mantan manajer Chelsea, PSG dan Borussia Dortmund itu.

Peralihan sosok di kursi manajerial berarti sistem kepelatihan dan permainan tim jelas berubah. Dan kurang dari sebulan sejak Tuchel datang, alih-alih Bayern menuju cahaya kegemilangan, mereka malah semakin tenggelam dalam kegelapan.

Usai diremukkan Manchester City 3-0 di Etihad Stadium dalam leg pertama babak perempat-final Liga Champions, deretan catatan kelam Tuchel di bawah ini akan semakin mempertegas bahwa Bayern boleh jadi telah mengambil satu keputusan blunder paling parah dalam sejarah klub.

  1. Tuchel tumpul

    Nagelsmann dikenal sebagai pelatih bertangan dingin yang mampu membuat timnya bermain konsisten dalam jangka waktu yang panjang. Hanya menelan tiga kekalahan di seluruh kompetisi dalam rentang Agustus hingga Maret adalah bukti sahihnya.

    Sementara jika membandingkan dengan Tuchel, dia kini telah menelan dua kekalahan HANYA dalam empat pertandingan terakhir bersama Bayern atau HANYA dalam dua minggu lebih menjabat.

  2. Treble winners pupus
    Getty

    Treble winners pupus

    Di tengah Nagelsmann, Bayern SESUNGGUHNYA berada di jalur yang tepat untuk menyelesaikan musim dengan raihan treble winners, dengan mereka masih hidup di tiga turnamen mayor: Bundesliga masih di pacuan juara, sudah menapaki babak perempat-final DFB Pokal dan juga berada di babak yang sama di ajang Liga Champions.

    12 April, kurang dari sebulan Bayern pimpinan Tuchel telah tersingkir dari DFB Pokal, terus ditempel ketat Dortmund di tabel Bundesliga, dan di ambang tersingkir dari Liga Champions usai dihantam Man City 3-0.

  3. Standar aneh
    (C)Getty Images

    Standar aneh

    Pemecatan yang dilakukan Bayern terhadap Nagelsmann terasa amat sangat aneh. Entah standar yang seperti apa yang diharapkan klub pada tim garapan Nagelsmann?

    Sebelum surat pemecatan untuk juru taktik 35 tahun itu mendarat pada 24 Maret lalu, Bayern mencatatkan rekor fantastis: hanya kebobolan dua gol dan berhasil memproduksi 19 gol dalam delapan pertandingan terakhir di Liga Champions musim ini.

  4. 8 kemenangan beruntun = pecat

    Dengan delapan kemenangan dari delapan laga berturut-turut di Liga Champoins 2022/23, termasuk mengalahkan secara meyakinkan lawna-lawan kelas kakap seperti Inter Milan, Barcelona dan PSG di 16 besar lalu, Nagelsmann justru diganjar dengan keputusan pemecatan.

    Ironisnya, rekor delapan kemenangan beruntun Bayern pun terputus persis saat rezim Tuchel memulai kampanye di Liga Champions.

  5. Bumerang Tuchel
    Getty Images

    Bumerang Tuchel

    Banyak pihak yang menilai keputusan Bayern mendepak Nagelsmann semata karena mereka ciut pada sosok Pep Guardiola. Harapannya, Tuchel bisa mengulangi keajaiban 2021 saat mengantar Chelsea juara Liga Champions dengan mempecundangi Manchester City-nya Pep.

    Nahas, Tuchel tidak sedang menghadapi Pep yang hilang kendali, karena The Citizens polesannya masih bertarung di trek treble winners: sudah mencapai semi-final Piala FA, menempel ketat Arsenal di Liga Primer Inggris dan satu kaki tim sudah berada di semi-final UCL.