Kompilasi 10 Blunder TERKONYOL David De Gea - Sudah Habis Di Manchester United?
David de Gea mengukir sejarah untuk Manchester United ketika tampil melawan West Ham pada 8 Mei 2023, menyalip Alex Stepney sebagai kiper dengan penampilan terbanyak untuk Setan Merah (540). Dia juga memecahkan rekor clean sheet Peter Schmeichel setelah membungkam Newcastle di final Piala Liga 2022/23, membantu United mengakhiri puasa gelar enam tahun.
Itu adalah medali emas Piala Liga kedua dalam karir De Gea di Old Trafford, tetapi dia hanya memenangkan tiga trofi lainnya sejak didatangkan dari Atletico Madrid pada 2011 - termasuk hanya satu gelar Liga Primer Inggris. Bukan kebetulan bahwa penjaga gawang asal Spanyol itulah yang bertugas di bawah mistar gawang selama periode terpayah Manchester United di era modern.
Refleks De Gea memang tiada duanya, dan kemampuan shot-stopping-nya telah memenangkan banyak pertandingan untuk Setan Merah selama bertahun-tahun - tetapi kontribusi positif itu tenggelam oleh blunder yang terlalu rutin terjadi. Ia kembali membuat kesalahan fatal kontra The Hammers, dan kini posisi empat besar armada Erik ten Hag mendapatkan ancaman nyata.
Ole Gunnar Solskjaer, Jose Mourinho, Louis van Gaal, David Moyes, dan bahkan Sir Alex Ferguson juga menjadi saksi ketika De Gea membuat kesalahan yang merugikan United dalam pertandingan-pertandingan; lagi, lagi, dan lagi. Sampai-sampai kompilasi blunder-blunder terkonyolnya akan memiliki durasi yang lebih panjang dibandingkan kompilasi penyelamatan terhebatnya.
Untuk menemani suporter Manchester United yang sedang terheran-heran membaca kabar klub kesayangan ingin memperpanjang kontrak De Gea, GOAL telah memilih 10 kesalahan terburuk kiper Spanyol itu sepanjang kariernya di Old Trafford...
Pilihan Editor
- 5 Suksesor Ideal Karim Benzema Di Real Madrid: Dari Sosok 'Flop' EPL, Hingga Sensasi Serie A
- 10 Momen Terbaik Karim Benzema Di Real Madrid
- Pertahankan, Pinjamkan Atau Jual? Pemain Yang Harus Arsenal Lepas Pada Bursa Transfer Musim Panas 2023
- Rating Pemain Man City vs Man Utd: Ilkay Gundogan Bikin Sejarah! Tapi Akankah Bertahan?
- Getty
Manchester United 2-2 Benfica (Liga Champions, 2011/12)
United menghabiskan £19 juta untuk mendatangkan De Gea dari Atletico sebagai pengganti kiper legendaris Edwin van der Sar menjelang musim 2011/12. De Gea pun menjalani musim debut yang berat di sepakbola Inggris, di mana The Red Devils gagal meraih satu trofi pun untuk pertama kalinya sejak 2004/05.
De Gea disoroti setelah melakukan kesalahan besar kontra Manchester City di Community Shield dan kontra West Brom di Liga Inggris, tetapi titik terendahnya baru terjadi di panggung Eropa. Benfica tiba di Old Trafford pada bulan November untuk menjalani laga Liga Champions krusial, laga yang harus dimenangkan MU untuk menempatkan satu kaki mereka di 16 besar.
Tuan rumah di ambang tiga poin ketika Darren Fletcher mencetak gol tepat sebelum waktu satu jam, tetapi keunggulan 2-1 United hanya bertahan semenit lebih sedikit. Phil Jones memberikan back-pass kepada De Gea, yang harusnya bisa ia tangani dengan mudah.
Namun, yang tersaji adalah pertunjukan salah satu bukti paling pertama betapa De Gea tak bisa diandalkan dengan kakinya: ia gagal membuangnya dengan sempurna dan bola jatuh ke kaki Bruno Cesar di sudut kotak penalti. Penyerang Benfica itu lalu mengirimkan crossing rendah yang memantul Rio Ferdinand ke arah Pablo Aimar. Aimar lalu melepaskan tembakan voli ke gawang kosong.
Ferguson cuma bisa melongo saat United akhirnya ditahan 2-2. Penderitaannya semakin paripurna ketika MU tumbang di laga fase grup pemungkas di Basel - di mana De Gea juga gagal mencegah gol Marco Streller - dan tersingkir dari UCL.
- Getty
Manchester United 2-1 Sunderland (Piala Liga, 2013/14)
Musim pertama Manchester United setelah ditinggal Ferguson benar-benar bencana. David Moyes, setelah dipercaya sebagai pewaris manajer legendaris itu, hanya bertahan selama 10 bulan di kursi panas Old Trafford. MU asuhan Moyes membukukan berbagai penampilan memalukan pada prosesnya, termasuk di leg kedua sem-ifinal Piala Liga versus Sunderland.
The Black Cats mengunjungi Old Trafford dengan misi mempertahankan keunggulan agregat 2-1, tetapi Jonny Evans menyamakan kedudukan saat mengonversi operan Danny Welbeck pada menit ke-37. Hanya gol itu yang tercipta dalam waktu normal, tetapi perpanjangan waktu berlangsung dramatis.
With penalties looming, former United defender Phil Bardsley received the ball some 20 yards from goal and let fly. Bardsley's shot was weak and straight at De Gea, but he failed to get his body behind the ball and ended up palming it into the net.
Adu penalti di depan mata, mantan bek Man United Phil Bardsley menerima bola sekitar 20 meter dari gawang sbelum melepaskan tembakan. Sepakan Bardsley sejatinya sangat lemah dan tepat ke arah De Gea, tetapi ia gagal menangkapnya dan bola berakhir memantul masuk ke gawang.
De Gea sempat terhindar dari rasa malu
berkat gol penyeimbang Javier Hernandez di injury time, tetapi United akhirnya kalah 2-1 via adu penalti. Ini tak akan menjadi kali terakhir handling bola De Gea membuat rekan-rekan satu timnya kecewa. -
- Getty
Bournemouth 2-1 Manchester United (Liga Primer Inggris, 2015/16)
Van Gaal nampak mengembalikan martabat Man United menjadi penantang gelar serius di pertengahan musim keduanya. Namun, semuanya ambyar setelah menelan kekalahan mengejutkan di Bournemouth, di mana Junior Stanislas mempermalukan De Gea sejadi-jadinya.
Winger Inggris tersebut melepaskan tendangan sudut dari sisi kiri pada menit kedua di Vitality Stadium, tendangan dengan kecepatan serta tinggi yang sempurna. Kendati demikian, tugas No.1 Man United itu sederhana saja: tinggal menangkap bola yang melayang di udara, minimal dijauhkan dari zona berbahaya.
Yang terjadi adalah De Gea salah mengambil posisi dan bola melayang melewati kepalanya sebelum menghunjam ke pojok gawang. Ia terlambat melangkah mundur dan bola sudah di luar jangkauannya ketika ia mengayunkan tangan penuh keputusasaan.
United keok 2-1 di laga itu, mengawali tiga kekalahan beruntun mengejutkan di mana mereka kalah melawan Norwich & Stoke City. Harapan juara Liga Primer pun terkubur, dan semua itu dimulai ketika kelemahan De Gea diekspos kepada dunia.
- Getty
Manchester United 2-2 Arsenal (Liga Primer Inggris, 2018/19)
Mourinho bernasib lebih baik dari Van Gaal dengan memasuki musim ketiganya di United, tetapi tim asuhannya semakin buruk dan buruk, dan kian merana ketika Arsenal menggoyang Old Trafford di bulan Desember.
Gol pertama hadir dari pemain yang tiak disangka-sangka, ketika Shkdoran Mustafi terbebas di kotak penalti United untuk melakukan sundulan. Bek Jerman itu menanduk ke tanah dan bola memantul lemah ke arah De Gea, yang seharusnya tinggal menangkap bola saja dengan mudahnya. Tetapi entah mengapa dan bagaimana, ia cuma bisa menepisnya dengan tak sempurna, dan bola pun bergerak melewati garis gawang, meski sudah dibuang jauh-jauh oleh Ander Hererra.
United menyamakan kedudukan via Anthony Martial sebelum gol bunuh diri Marcos Rojo mengembalikan keunggulan Arsenal di babak kedua. Lagi-lagi, De Gea seharusnya bisa lebih baik, meski memang dibikin mati langkah oleh sepakan Alexandre Lacazette yang dibelokkan rekannya.
Jesse Lingard memastikan kedua tim sama kuat, tetapi Man United terperosok ke peringkat delapan setelah performa penuh blunder itu, dan Mourinho dipecat beberapa pekan sesudahnya.
-
- Getty
Barcelona 3-0 Manchester United (Champions League, 2018/19)
Berikutnya adalah duel paling berat sebelah dalam sejarah modern Liga Champions Eropa: Lionel Messi vs De Gea. United keok di leg pertama perempat-final di Old Trafford dengan skor 1-0, tetapi masih memiliki harapan untuk melaju setelah sebelumnya comeback dramatis kontra Paris Saint-Germain di babak 16 besar.
Messi mengubur harapan itu dengan dua gol dalam 20 menit pertama di Camp Nou. Gol pertama Messi terjadi setelah ia mengolong Fred di sayap kanan sebelum memotong ke dalam dan melepaskan tendangan tak terbendung ke tiang jauh.
De Gea memang tak bisa disalahkan untuk gol itu, tetapi ia jelas harus dihujat atas gol kedua Messi. Messi kembali melepaskan tembakan dari tepi kotak penalti setelah mendapatkan bola liar. De Gea tak mampu menangkapnya dengan bersih dan bola merayap lambat melewati tubuh sang kiper dan masuk ke gawang.
Solskjaer cuma bisa tersenyum kecut di pinggir lapangan. Gol jarak jauh Philippe Coutinho menutup pembantaian De Gea oleh Barca.
- Getty
Watford 2-0 Manchester United (Liga Primer Inggris, 2019/20)
Solskjaer diganjar kontrak permanen sebagai pelatih Manchester United, setelah awalnya hanya ditunjuk sebagai pengganti sementara Mourinho. Namun musim penuh pertamanya sebagai juru taktik Setan Merah sungguh memicu rasa frustrasi. Anak asuhnya sudah tertinggal 24 poin dari pemimpin klasemen Liverpool ketika berangkat ke Watford pada 22 Desember, dan tak boleh kehilangan poin lagi.
Pada akhirnya, mereka kehilangan poin. Setelah babak pertama tanpa gol tercipta, Watford seolah bangun dari tidurnya di paruh kedua, dan memenangkan pelanggaran di area pertahanan United, dan kebuntuan pun terpecah.
Perekik kiriman gagal disapu dengan baik dan bola jatuh ke arah Ismaila Sarr sekitar 10 meter dari gawang, ia pun mencoba melakukan tendangan voli first-time ambisius. Sepakannya tak sempurna dan memantul ke tanah sebelum mengarah ke tangan De Gea, tetapi kiper Spanyol itu melepas pandangannya dari bola selama sepersekian detik.
Bola lalu melewati tangkapan De Gea, memantul wajahnya, dan bergulir ke dalam gawang. Kiper United itu terkapar penuh rasa malu setelah momen hilang konsentrasi tersebut, tetapi sulit bersimpati padanya.
Penalti Troy Deeney menggandakan keunggulan Watford dan mereka meraih kemenangan 2-0 mengesankan, dan United tergelincir ke peringkat delapan. Sebelumnya sudah mulai dicap tak bisa diandalkan, reputasi De Gea terus membusuk setelahnya.
- Getty
Everton 1-1 Manchester United (Liga Primer Inggris, 2019/20)
Man United bangkit dan menjelma menjadi calon penghuni empat besar di bawah Solskjaer. Rasa percaya diri pun sedang tinggi-tingginya ketika ke Goodison Park untuk menghadapi Everton di awal Maret.
Mereka dibanting kembali ke bumi hanya dalam dua menit, setelah Dominic Calvert-Lewin mencetak salah satu gol termudah dalam hidupnya.
Tak ada pemain lawan di dekat De Gea ketika ia menerima back-pass dari Harry Maguire. Namun alih-alih bergegas mengirim bola ke depan, De Gea malah berlama-lama membawa bola, sehingga Calvert-Lewin mendapatkan kesempatan untuk menekannya. Ketika akhirnya ia menendangnya, bola meluncur tepat mengenai tubuh striker Everton itu, memantul masuk ke gawangnya.
Bruno Fernandes menyamakan kedudukan untuk The Red Devils, tetapi mereka tak mampu mencetak gol kemenangan dan sekali lagi dipaksa menyeseali kecerobohoan De Gea.
- Getty
Manchester United 1-3 Chelsea (Piala FA, 2019/20)
Man United pada akhirnya kembali ke Liga Champions, dan Solskjaer juga membawa mereka ke semi-final tiga kompetisi berbeda di 2019/20. Namun, Setan Merah tumbang di ketiganya, termasuk dihajar Chelsea di Piala FA.
Di penghujung babak pertama yang ultra-kompetitif di Wembley, kebuntuan akhirnya terpecah pada menit ke-11 injury time. Olivier Giroud yang menuliskan namanya di papan skor, mengonversi crossing Cesar Azpilicueta, namun De Gea seharusnya bisa menepis sepakan striker Prancis itu dengan lebih baik.
Bukannya bangkit, De Gea justru membiarkan dirinya terpuruk, dan melakukan blunder yang jauh lebih memalukan hanya beberapa detik setelah interval. Mason Mount terbebas di lini tengah setelah menyambar umpan ngawur Brandon Williams, dan gelandang Chelsea itu pun bergerak menuju kotak penalti.
Mount mencoba peruntungan dari jarak 20 meter, namun hanya melepaskan tembakan yang relatif pelan. Tetapi ternyata tak butuh tembakan sempurna untuk menaklukkan De Gea; tendangan tersebut mengarah tepat kepadanya dan De Gea bahkan menerimanya dengan kedua tangannya, tetapi bola tetap bergulir melewatinya.
United kalah 3-1, dan De Gea lagi-lagi memberangus peluang timnya sendiri untuk mendapatkan trofi.
-
- Getty
Brentford 4-0 Manchester United (Liga Primer Inggris, 2022/23)
Man United memang berkembang banyak di bawah Ten Hag musim ini, tetapi rezim sang pelatih asal Belanda itu tak bisa dimulai dengan jauh lebih buruk lagi. Ia kalah dari Brighton di laga perdananya, yang digelar di kandang, dan Brentford semakin mempermalukan tim barunya sepekan kemudian.
Lagi, lagi, dan lagi, kesalahan De Gea yang membuka bendungan pembantaian di menit ke-10. Ia membiarkan sepakan jarak jauh Josh Dasilva yang lemah melewatinya, persis seperti yang sudah sering ia lakukan berkali-kali di masa lalu (bisa sepakan Dasilva merupakan yang paling lemah di antara tembakan-temabakan di kompilasi ini).
Brentford menggandakan keunggulan lewat Mathias Jansen delapan menit kemudian, setelah De Gea bersalah mengoper kepada Christian Eriksen yang dalam situasi tertekan. Ia juga kebingungan di gol ketiga Brentford, ketika sundulan Ben Mee bersarang di gawangnya usai sepak pojok Bryan Mbeumo menimbulkan kemelut di kotak penalti.
Mbeumo lalu juga ikut meramaikan pesta gol, menjadi skor 4-0, dengan finishing apik. Hanya ada satu nama yang akan keluar sebagai pemenang ketika ia berhadapan satu lawan satu dengan De Gea, yang usahanya menutup ruang tembak sangatlah medioker.
Banyak sekali noda-noda memalukan dalam karier De Gea selama menjadi No.1 Old Trafford, tetapi penampilan di laga ini bisa benar-benar menghabisi kariernya jika ia memiliki pelatih yang lebih kejam dari Ten Hag.
- Getty Images
Sevilla 3-0 Manchester United (Liga Europa, 2022/23)
Terakhir, tetapi jelas bukan yang paling 'mending', adalah ketika Manchester United menghadapi Sevilla di leg kedua partai perempat-final Liga Europa. MU membuang keunggulan dua gol di leg pertama di Old Trafford, dan cedera memaksa Ten Hag untuk merotasi starting XI-nya di Stadion Ramon Sanchez Pizjuan.
Harry Maguire & Victor Lindelof dipercaya sebagai bek tengah starter, menggantikan Raphael Varane dan Lisandro Martinez. Hanya dalam 10 menit, kentara sekali jurang kualitas di antara mereka.
Youssef En-Nesyri membawa Sevilla unggul usai Maguire kehilangan bola tepat di luar kotak penaltinya, namun ia mendapat tekanan di situasi itu karena menerima operan sembrono De Gea. Sang kiper lalu ditaklukkan oleh tandukan Loic Balde beberapa menit setelah turun minum, dan tuan rumah mengendalikan partai itu sepenuhnya.
Lini depan United sama sekali tak mengancam sepanjang paruh kedua, namun asa comeback yang memang sudah redup akhirnya padam sepenuhnya ketika En-Nesyiri mencetak gol keduanya di menit 81. Tentu saja, De Gea-lah yang bertanggung jawab atas gol itu.
Keputusannya untuk menjemput bola yang melambung tinggi ke area pertahanan United dalam situasi diserang balik mungkin tak keliru, tapi apa yang ia lakukan setelahnya benar-benar membuat semua pemirsa, fans rival dan netral sekalipun, geleng-geleng kepala. Entah apa yang ada di pikirannya ketika ia mencoba mengontrol bola tinggi tersebut dengan satu sentuhan. Tak ayal kontrolnya gagal total dan bola bergulir ke arah En-Nesyri, yang mengeksekusi dari jarak jauh tanpa kesalahan, melihat bagaimana tak ada kiper yang mengawal gawang MU.
United dilumat sampai habis dan kiper mereka lagi-lagi mempermalukan dirinya sendiri untuk kesekian kalinya.
Selama Ten Hag masih percaya De Gea, momen-momen seperti ini akan terus berdatangan. De Gea sudah sejak lama tak bisa diandalkan, dan kualitas-kualitasnya sudah tak sepadan dengan risiko yang ia bawa.
Jika Man United memang serius ingin kembali ke puncak sepakbola, mereka harus berinvestasi pada kiper baru. Kiper yang memiliki kepemimpinan di areanya sendiri, mampu mengolah bola dari belakang, dan menepis tembakan-tembakan sederhana.