Antonio Conte & Tottenham Hotspur: DNA Juara Yang Takkan Pernah Menyatu Dengan Mentalitas Medioker

Antonio Conte Tottenham 2022-23 HIC 16:9
Getty
Juru taktik asal Italia itu terbukti memiliki DNA juara, sementara mentalitas Tottenham Hotspur tergolong medioker sejauh ini...

Nada ejekan menggema di Tottenham Hotspur Stadium pada Kamis (9/3), dan itu tidaklah mengejutkan.

Para pendukung tuan rumah baru saja menyaksikan tim yang telah berjuang begitu keras untuk lolos ke Liga Champions tersingkir dengan begitu mudahnya. Tidak dapat disangkal bahwa pencapaian Spurs sangat mengecewakan.

Melawan AC Milan yang tidak dalam performa terbaik mereka, Tottenham hanya sanggup melepaskan dua tembakan tepat sasaran, yang pertama baru terjadi setelah satu jam permainan.

Kemarahan para penggemar sangat bisa dimengerti, kemudian, ketidakpuasan mereka benar-benar bisa kita rasakan.

Suasana stadion sangat tidak bersahabat. Ketika papan waktu diangkat menunjukkan enam menit injury time, tidak ada gemuruh untuk mendukung tim, yang ada hanya kesunyian. Itulah situasi ketika Spurs tersingkir di babak 16 besar musim ini.

Para penggemar telah menerima nasib tim mereka. Tidak ada protes menggebu-gebu, tidak ada harapan, hanya suasana penerimaan atas kekalahan yang tak terhindarkan.

Mereka pada dasarnya sudah menyerah pada nasib tim, dan juga manajer mereka. Sudah tidak lagi memiliki harapan.

  1. Mengapa Conte mau melatih Tottenham?
    Getty

    Mengapa Conte mau melatih Tottenham?

    Antonio Conte dan Tottenham sejak awal memang merupakan pasangan yang bisa dibilang aneh. Pelatih asal Italia itu punya DNA juara, sedangkan Spurs tidak.

    Antonio Conte dan Tottenham, keringnya prestasi tim justru menjadi daya tarik baginya. Seperti yang ia katakan setelah resmi menerima tawaran tim, ia tidak pernah takut dengan tantangan.

    "Memiliki peluang satu persen untuk menang sudah cukup bagi saya," katanya kepada Sportweek pada November 2021.

    "Saya tidak pernah memimpin tim yang pernah juara tahun sebelumnya. Saya selalu membangun kembali [klub] selama karier saya. Juventus finis di urutan ketujuh, Chelsea di urutan ke-10, Inter Milan keempat."

    "Tapi saya tahu kali ini membutuhkan kesabaran."

    Namun, kesabaran Conte sendiri bisa dibilang mulai menipis setelah jendela transfer pertamanya di London utara.

    Pada saat itulah ia menyadari bahwa strategi transfer pemilik klub, Daniel Levy tidak sejalan dengan pola pikirnya.

  2. Retakan pertama muncul
    Getty Images

    Retakan pertama muncul

    "Apa yang terjadi di bulan Januari tidaklah mudah," keluhnya dalam sebuah wawancara dengan Sky Sport Italia. "Kami kehilangan empat pemain. Empat pemain penting untuk Tottenham, dan kami hanya mendatangkan dua pemain."

    "Jadi meski hanya dari segi jumlah, alih-alih memperkuat skuad, kami di atas kertas malah melemahkannya."

    "[Rodrigo] Bentancur dan [Dejan] Kulusevski adalah prospek yang ideal untuk Tottenham, karena Tottenham mencari pemain muda yang bisa berkembang dan tumbuh, bukan pemain yang sudah jadi."

    "Itulah masalahnya. Tidak dapat dimungkiri jika Anda ingin berkembang lebih cepat dan jika Anda ingin lebih cepat menjadi kompetitif, Anda membutuhkan pemain dengan banyak pengalaman, karena mereka juga meningkatkan level pengalaman tim secara keseluruhan."

    "Tapi saya ulangi, saya menyadari sekarang bahwa ini adalah visi klub."

    Yang menimbulkan pertanyaan yang jelas: mengapa Conte baru menyadarinya saat itu? Apakah tidak dijelaskan kepadanya selama pembicaraan pertamanya dengan Tottenham?

    Juga, apakah ia sama sekali tidak mengetahui modus operandi Levy?

    Bagaimana pun, Spurs memang tidak dikenal sebagai klub yang gemar belanja besar di sepakbola Eropa.

    Mereka pernah melewati tiga bursa transfer tanpa membeli pemain – dan itu pada saat Mauricio Pochettino membuktikan bahwa ia layak mendapat dukungan lebih besar di pasar transfer.

    Maka, sulit untuk memahami apa sebenarnya yang diharapkan Conte dari Levy dalam hal investasi dalam skuad.

  3. Musim yang memble
    Getty

    Musim yang memble

    Conte, tentu saja, berpendapat bahwa Spurs seharusnya mendatangkan semua pemain yang menjadi targetnya pada musim panas lalu, setelah secara mengesankan mengamankan tiket ke Liga Champions musim ini.

    Namun, bukan berarti kekuatan skuadnya tidak ditambah.

    Spurs menghabiskan €170 juta musim panas lalu – lebih dari semua kecuali tiga tim (Chelsea, Manchester United dan West Ham) di lima liga top Eropa, termasuk Barcelona, Paris Saint-Germain, Manchester City, Newcastle United dan, rival mereka, Arsenal.

    Memang, sulit bagi Conte berdiam diri ketika rival London utara yang mereka ungguli, Arsenal, sekarang bercokol di puncak klasemen Liga Primer Inggris.

    Sekali lagi, ada argumen bahwa Arsenal hanya bermain di Liga Europa, sedangkan Spurs, setidaknya berjibaku di Liga Champions, di mana hampir tidak ada ruang untuk melakukan rotasi, terutama dengan skuad Tottenham yang diyakininya tidak punya kedalaman mumpuni.

    Ia juga mengklaim bahwa Djed Spence adalah rekrutan klub, namun tidak menjelaskan mengapa menjadi yang termahal, Richarlison, sekarang sangat frustrasi dengan kurangnya waktu bermainnya sehingga ia menyebut musimnya saat ini adalah musim yang memble.

  4. Kekecewaan demi kekecewaan
    Getty

    Kekecewaan demi kekecewaan

    Situasinya masih bisa diselamatkan, tentu saja, karena lolos ke Liga Champions masih akan menjadi pencapaian yang sangat signifikan bagi klub sekelas Spurs.

    Tapi tampaknya ada sedikit harapan Conte dan Spurs menyelamatkan pernikahan yang tampaknya akan berakhir dengan perceraian sejak awal.

    Penggemar Spurs mendambakan trofi, setelah gagal memenangkan trofi sejak 2008, namun Conte secara terbuka mengakui bahwa satu-satunya kompetisi yang benar-benar diperhitungkan di matanya adalah Liga Primer dan Liga Champions.

    pertandingan putaran kelima Piala FA melawan Sheffield United.

    Conte jelas tidak mendampingi timnya waktu itu, karena ia menjalani pemulihan pascaoperasi kandung empedu.

    Namun, ia jelas yang memilik skuad dan kekalahan 1-0 di di Bramall Lane memicu awal dari kemerosotan yang secara efektif mengisyaratkan sinyal bahaya pada pekerjaannya, karena kemudian disusul oleh kekalahan di Wolverhampton Wanderers lalu tersingkir dari Eropa.

    Seperti yang dikatakan Harry Kane kepada Standard Sport, "Jika Anda lolos [ke perempat-final Piala FA], Anda mengambil momentum itu ke dalam pertandingan liga [di Wolves] dan pertandingan ini [melawan Milan]."

    "Tapi saya merasa seperti kekalahan minggu lalu [di Sheffield United] ibarat terkena tusukan di hati kami dan, seperti yang Anda lihat, kami belum benar-benar pulih dari itu."

    Kane menambahkan bahwa meski lolos ke Liga Champions musim depan sekarang menjadi satu-satunya tujuan Spurs, finis keempat jelas masih belum cukup untuk mereka.

    Conte jelas memiliki pandangan yang berbeda, dengan mengatakan bahwa finis keempat akan menjadi pencapaian terbaik Spurs mengingat sumber daya yang ada.

  5. Keluarga adalah prioritas
    Getty Images

    Keluarga adalah prioritas

    Pejuang sepertinya, Conte jelas akan berjuang sampai akhir untuk menyelesaikan musim ini dengan sesuatu yang terbaik, namun jelas bahwa hatinya tidak lagi berada di London utara.

    Bahkan sebelum ia harus menjalani operasi darurat untuk mengeluarkan kantong empedunya, fokusnya sudah terbelah karena ia kehilangan tiga temannya dalam waktu tiga bulan: Gian Piero Ventrone, Sinisa Mihajlovic dan Gianluca Vialli.

    Kematian ketiganya menjadi pukulan telak baginya dan tidak mengherankan jika ia merenungkan masa depannya.

    Seluruh periode ini membuatnya merenungkan apa yang paling penting baginya dalam hidup dan memang benar ia menyimpulkan bahwa itu adalah keluarga.

    Istri dan anak perempuan Conte masih tinggal di Italia, jadi sepertinya tak terelakkan ia akan pulang tahun ini.

    Conte secara terbuka mengakui bahwa Spurs bisa saja "mengusir dirinya" sebelum kontraknya habis pada akhir musim, meski tampaknya akan sulit untuk saat ini.

    Yang jelas, perpisahan Conte dengan Tottenham hanya tinggal menunggu waktu...